gravatar

"Mahkota" Tetap Sehat di Balik Kerudung

Salah satu alasan perempuan enggan berkerudung adalah khawatir rambut dan kulit kepalanya bermasalah. Tak bisa disangkal, berkerudung bisa membuat kulit berketombe, rambut lepek, hingga berguguran. Kalau saja tahu caranya, sebenarnya rambut di balik kerudung tetap bisa sehat dan gaya.

Nania Riana (28), ibu rumah tangga dengan satu anak, pemilik rambut ikal bergelombang, tahu persis kewajibannya sebagai muslimah untuk menutup aurat, termasuk rambut.

"Aku lihat teman-temanku yang berkerudung banyak yang jadi berketombe dan rontok rambutnya," kata Nania. Karena masalah ini Nania mengaku menjadi maju-mundur untuk mengenakan kerudung.

Bermasalah dengan rambut karena mengenakan kerudung dialami oleh Dra. Tatat Setiawati (42), staf public relation Universitas Widyatama (Utama) Bandung.

"Sejak berkerudung, rambut saya berguguran banyak sekali. Akan tetapi karena ingat kewajiban, biar rambut sampai botak saya ikhlas kok," ujarnya.

Untuk mengatasi kerontokan rambutnya, sebulan sekali Tatat pergi ke salon, melakukan hair spa. Perawatan rambutnya dibarengi perawatan dari dalam. Ia rajin membuat jus wortel, tomat, dan apel. "Resep ini saya ketahui dari teman-teman suami yang umumnya dokter. Saya lihat kulit dan rambut mereka bagus-bagus, katanya berkat jus terutama jus wortel," kata Tatat yang bersuamikan seorang dokter gigi.

Untuk perawatan sehari-hari, Tatat menggunakan vitamin rambut (hair tonic).

Bagi Tatat, berkerudung bukan halangan untuk tampil dengan model rambut yang sedang in. "Aku enggak setuju kalau perempuan berkerudung tidak memerhatikan penampilan dan kesehatan rambut. Kan di depan suami kita juga harus tampil gaya," ujar Tatat. Lewat perhatian ekstra ini, rambut dan kulit kepala Tatat kini tidak bermasalah.

Bakteri P.0vale

Hetty Kosasih, penata rambut senior di kota Bandung, mengakui banyak perempuan bersikap salah dalam memperlakukan rambut di balik kerudung. "Jangan mentang-mentang tertutup malah tidak diurus. Justru karena berkerudung rambut perlu mendapat perhatian lebih," kata pemilik salon Hetty Hair di kawasan Bandung Utara ini.

Diakui Hetty yang sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun sebagai penata rambut, menutup kepala dengan kerudung memang bisa menimbulkan masalah tersendiri.Yang paling umum adalah munculnya ketombe, rambut rontok, lepek, atau berminyak.

Ketiga masalah ini banyak timbul dari alasan sederhana kaum perempuan. Banyak yang beranggapan karena tertutup, rambut selalu bersih dari debu atau kotoran lainnya. Padahal, yang terjadi sebaliknya. Akibat tertutup, rambut dan kulit kepala menjadi lembap. Kondisi lembap mampu mengundang bakteri. Bakteri atau jamur inilah yang menjadi biang kerok kerusakan rambut.

Dokter spesialis kulit dan kelamin dari Rumah Sakit Immanuel Bandung Liem Fenny menjelaskan, pada kulit kepala semua manusia terdapat bakteri atau jamur Pityrosporum ovale atau P.Ovale.

"Dalam jumlah yang sedikit, bakteri ini tidak akan menimbulkan masalah," tutur Fenny. Bakteri tersebut terjaga stabil pada pH kulit kepala normal 4,5 hingga 5,5 asam. Perubahan cuaca, hormon , stres, hingga pemakaian sabun dan sampo yang salah bisa meningkatkan kelembapan dan membuat pH kulit kepala meningkat. Keadaan yang ditandai dengan produksi minyak berlebihan ini membuat jamur P.ovale bangun dan berkembang biak. Ini yang kita kenal sebagai ketombe.

Ketombe atau Pityriasis capitis sebenarnya hal yang wajar terdapat pada kulit kepala manusia. Tidak wajar jika jumlahnya sudah berlebihan dan mengakibatkan rambut rontok dan merangsang masalah-masalah kulit lainnya. Selain mengganggu kesehatan kulit kepala dan rambut, ketombe memberikan masalah sendiri bagi penampilan. Banyak orang tidak percaya diri karena masalah ketombe.

Ketombe terbagi menjadi dua jenis, yaitu ketombe jenis kering dan basah. Ketombe kering adalah sisik kulit yang berterbangan ke rambut. Sementara ketombe basah adalah sel kulit mati yang lepas yang diikuti produksi minyak yang berlebihan. Ketombe basah ini berwarna kekuningan dan lengket di kulit kepala.

Ketombe menyebabkan kulit kepala gatal. Rasa gatal sering memicu orang menggaruknya secara berlebihan. Gerakan ini bisa menyebabkan kerusakan pada kulit dan meningkatkan risiko iritasi dan infeksi. "Iritasi di kulit kepala ini bisa merusak folikel rambut dan menyebabkan rambut mudah patah," kata Fenny.

Rambut itu sendiri adalah jaringan mati yang terbuat dari protein atau dikenal sebagai keratin. Pada pertumbuhannya, rambut memiliki tiga fase yaitu fase tumbuh, istirahat, dan rontok. Rata-rata setiap orang memiliki 100.000 lembar rambut.

"Rambut rontok masih dianggap wajar jika sehari berguguran hingga 100 lembar. Lebih dari itu sudah tak bisa ditoleransi dan bisa menyebakan kebotakan," kata Fenny.

Menjaga keseimbangan pH tubuh dengan cara hidup sehat, bersih, serta asupan makan bergizi mampu meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah jamur berkembang biak. Peningkatan pH di kulit kepala bisa terjadi karena penggunaan sampo yang tidak tepat. "Pemilihan sampo yang tepat dan tidak keras juga membantu kulit kepala tetap sehat dan jauh dari masalah rambut, "kata Fenny.

Produk yang mengandung antiketombe di pasaran biasanya mengandung asam salisilat, zinc pyrithione, tar dan selenium sulfida, belerang (sulfur), dan ketokonazol. Pada produk sampo seperti ini biasanya diembel-embeli dengan tulisan "antiketombe".

Kulit kepala yang tidak sehat juga bisa membangkitkan jamur yang menyebabkan berbagai jenis penyakit kulit kepala, salah satunya penyakit tinea-capitis, yaitu botak secara tiba-tiba atau sering disebut sebagai pitak. "Ini biasa terjadi pada anak kecil, tapi bisa juga menyerang orang dewasa. Jamur yang satu ini bisa menular lewat pertukaran topi atau memakai sisir secara bergantian," kata Fenny

Perawatan di salon

Semakin banyaknya perempuan berkerudung, secara siginifikan muncul berbagai tawaran perawatan rambut berkerudung di tempat-tempat kecantikan atau salon. Salah satu yang menyediakan fasilitas ini adalah Cendana Salon Bandung. Manajer Cendana Salon, Yuyun, menyebutkan perawatan bagi rambut berkerudung saat ini semakin diminati. "Berkerudung memang tidak lantas membuat kita harus melupakan bagian ini. Justru kalau tidak dirawat akan menimbulkan masalah serius ," kata Yuyun.

Di salon ini, perawatan bagi rambut yang berkerudung dilakukan layaknya proses creambath, dengan perbedaan pada produk yang digunakan. Mula-mula, rambut dicuci bersih dengan pemijatan ringan untuk melancarkan peredaran darah. Setelah rambut dikeringkan dengan handuk, helai demi helai batang rambut diberi krim yang berguna untuk menguatkan batang rambut. Setelah semua batang rambut kebagian, giliran akar rambut yang diberi treatment , kulit kepala diolesi krim khusus yang berfungsi sebagai penguat. Langkah berikutnya adalah pengolesan kulit kepala dengan ice cube yang berguna untuk membantu penyerapan krim. Perawatan selanjutnya, membungkus seluruh rambut (wrapping) dengan plastik. Plastik yang digunakan layaknya plastik pembungkus parsel atau makanan mentah di toko swalayan. Penyerapan dibantu dengan proses steamer (bagi rambut yang tidak rontok) atau diberi treatment ozon bagi mereka yang sedang mengalami kerontokan rambut.

"Jika kulit kepala dan rambut selama ini tidak bermasalah, perawatan dilakukan cukup sebulan sekali. Namun, buat yang sedang bermasalah sebaiknya dilakukan dua minggu sekali, jika sudah sehat baru menjalani perawatan sebulan sekali," kata Yuyun.

Menurut Yuyun, perawatan yang diberi nama hair lose essence ini dimaksudkan untuk menjaga kelembapan kulit kepala agar berada pada pH normal. Dengan kondisi normal ini, menurut Yuyun, kondisi rambut yang sehat dan tak bermasalah akan tercapai.

Di Salon Hetty Hair, sebelum melakukan perawatan biasanya Hetty mendiagnosis jenis dan masalah apa yang dialami oleh masing-masing pelanggan. "Semua orang memiliki masalah dan jenis rambut berbeda. Proses paling awal dan paling penting adalah ketepatan diagnosis ini," ujar Hetty menegaskan.

Ketika rambut rusak, menurut Hetty, banyak orang menyalahkan produk. "Padahal semua produk bagus, kesalahan biasanya terletak pada diagnosis. Analoginya orang sakit mag, malah dikasih obat kurap," kata Hetty.

Supaya akurat, Hetty menggunakan teknologi canggih berupa komputer yang mampu mendeteksi jenis dan masalah rambut kliennya. Masing-masing pelanggan juga memiliki point record (semacam medical record dokter) tentang tindakan yang pernah dilakukan di salon.

Menurut Hetty, catatan klien ini sangat penting sebagai pegangan untuk melakukan tindakan berikutnya. "Jadi, saat pelanggan memiliki masalah dengan rambutnya, hairdresser bisa melakukan jenis perawatan yang tepat untuknya ," kata Hetty.

Catatan itu juga penting untuk mengetahui produk apa yang pernah dipakai sang klien. Mewarnai rambut, mengeriting, hingga pemakaian sampo sehari-hari pun adalah tindakan yang melibatkan pemakaian bahan kimia. "Urusan kimia ini tak bisa dianggap enteng," ungkap Hetty.
Karena persentuhan rambut dengan segala bahan kimia tersebut, Hetty menyarankan agar perempuan secara rutin melakukan perawatan rambutnya. "Boleh sebulan sekali tapi rutin, " kata Hetty.

Biar berkerudung, menurut Hetty, rambut bisa tetap indah dan tidak lepek begitu saatnya menguraikan rambut di rumah. Hetty memberikan teknik mengikat rambut sebelum berkerudung. Misalnya, di bagian poni rambut dipelintir dulu sebelum diikat karet halus. Dengan teknik pelintiran ini, begitu kerudung dibuka rambut jatuh tergerai dan tetap mengembang. "Pokoknya, dengan menjaga kepala tetap sehat, perawatan rutin, dan teknik mengikat rambut, enggak usah takut lagi deh untuk berkerudung ," ujar Hetty. (Uci Anwar)***

gravatar

Emansipasi

Ibu kita Kartini pendekar bangsa
Pendekar kaumnya untuk merdeka

DI atas merupakan potongan lagu yang sudah tidak asing di telinga kita. Selain itu. Belia masih inget kan dengan judul buku "Habis Gelap Terbitlah Terang"? Nah, baik potongan lagu maupun buku tersebut pasti kaitannya dengan pahlawan kita R.A. Kartini.

Beliau adalah wanita kelahiran Jepara, 21 April 1879 yang beberapa hari lagi akan kita peringati. Biasanya dalam memperingati hari Kartini emansipasi sering kita dengar. Tepatnya kata emansipasi wanita. Kenapa ya ?

Emansipasi memiliki pengertian persamaan hak; pembebasan dari perbudakan. Dan emansipasi wanita itu sendiri berarti persamaan hak Wanita dengan hak yang dimiliki laki-laki. Tak salah jika kata emansipasi wanita dikaitkan dengan R.A. Kartini karena bisa dikatakan dia adalah seorang perempuan yang berani memperjuangkan kemerdekaan kaum perempuan jawa yang pada saat itu senantiasa diperlakukan tidak adil seperti tidak mendapatkan hak pendidikan.

Menurut informasi yang saya dapatkan bahwa buku yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" berisi kumpulan surat-surat yang dibuat Kartini dan sahabat-sahabat penanya di Belanda. Salah satu sahabat penanya itu adalah J.H Abendanon. Kepada Abendanon, Kartini mengungkapkan keinginannya yaitu kaum perempuan Jawa yang selalu dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tidak mereka kenal dan dimadu, bisa mendapatkan perlakuan yang sama selayaknya wanita-wanita barat.

Wah, kalo perempuan-perempuan diperlakukan seperti zamannya Kartini pasti semua perempuan berusaha memperjuangkan adanya emansipasi wanita. Eit, akan tetapi emansipasi wanita yang bagaimana dulu ya?

Kalau dilihat dari kodratnya, laki-laki dan perempuan jelas dong beda. Memangnya ada laki-laki yang bisa hamil sekaligus melahirkan? Jelas nggak ada kan? Nah lho, justru kaum perempuan yang harus bersyukur mendapat kelebihan dari laki-laki.

Rasulullah saw. saja memuliakan seorang perempuan 3x lipat dibanding laki-laki. Jadi, enggak mungkin kan semua hak laki-laki dimiliki perempuan begitupun sebaliknya. Tetapi emansipasi wanita diharapkan para perempuan yaitu agar adanya kebebasan dalam memilih dan menentukan sendiri kehidupan mereka tanpa dikekang bukan?***

Alin Novina, XI IPA 5, SMA Al-Ma`soem Sumedang

gravatar

Jadilah Generasi Baru Bersih dari Korupsi!

KORUPSI pastinya udah gak asing lagi buat kita. Di mana-mana banyak digembar-gemborkan perang terhadap momok menakutkan yang satu ini, harus kita akui kalo bangsa ini gak pernah lekang dari yang namanya korupsi. Sebagai generasi penerus bangsa, tentunya kita ingin donk kalo generasi kita ini bisa bersih dari korupsi.

Korupsi memang banyak banget macemnya. Mulai dari korupsi waktu, sampe korupsi-korupsi lain yang gak kalah nyengsarain. Lalu buat kita-kita yang sering nyontek, bolos sekolah, ngebohongin orang tua, sampe yang suka nyelewengin uang SPP apa itu juga termasuk korupsi ?
Jawabannya tentu saja iya. Gimana bangsa ini mau maju, kalo generasi mudanya aja udah bobrok kaya gitu. Di negara lain seperti di Cina misalnya. Pemerintah di sana udah berinisiatif, buat ngelawan korupsi dengan cara memberikan buku antikorupsi, kepada para pelajar dan pejabat (tepatnya lagi calon pejabat). Ide ini cukup bagus juga buat diterapin di Indonesia. Akan tetapi, percuma aja deh kalo di dalam diri kitanya sendiri gak ada tekad buat ngelawan korupsi. Lalu gimana dong caranya?

Salah satu cara buat ngelawan korupsi adalah dengan berhenti berpikir ingin serba praktis. Berpikir yang demikian adalah suatu cara di mana kamu ingin sekali mendapatkan sesuatu, sehingga kamu rela mau ngelakuin apa aja supaya keinginamu itu bisa tercapai dengan cepat dan mudah. Mau caranya halal atau haram itu gak penting, yang penting adalah keinginanmu itu bisa tercapai dengan usaha yang seminim mungkin.

Pikiran-pikiran seperti inilah, yang bikin kita males buat berusaha. Padahal, semua hasil itu pasti ada usahanya. Kalo mau pinter ya belajar, jangan nyontek. Kalo mau kaya ya kerja, jangan mencuri. Kita harus bisa menghindari jalan pintas yang bisa nyesatin diri. Memang susah banget sih untuk ngelakuinya. Tapi, kalo kita terus berusaha pasti akan berhasil juga. Berpikir positiflah kalau usahanya baik pasti hasilnya pun baik.

Selain itu, kita juga harus pede dengan kemampuan yang kita miliki. Sebab, dengan begitu kita tak akan mudah tergiur untuk mengambil jalan pintas, karena kita udah sangat yakin bakal mampu melakukannya. Jadilah diri sendiri dan jangan mudah iri dengan keberhasilan orang lain. Jika kita mudah iri, maka godaan untuk melakukan korupsi akan semakin besar. Akan tetapi, di lain hal sikap iri itu bisa menjadi positif, bila kita menjadikannya sebagai pemacu keberhasilan. Dengan begitu persaingan pun akan menjadi lebih sehat.

Saat ini, kita hidup di zaman reformasi. Perlu perjuangan yang berat untuk mewujudkan zaman penuh kebebasan itu. Untuk itu, kita harus isi zaman ini dengan hal-hal yang bener. Mari kita singkirkan korupsi dari kehidupan kita. Stop thinking practically, to fight corruption dan jadilah generasi baru yang bersih dari korupsi.***

Rosmansyah, XI IPA 4, SMAN 1 Padalarang.

gravatar

Dis(crime)ination

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

POTONGAN tulisan karya Chairil Anwar di atas ngasih inspirasi, yang aku anggap ada unsur tentang diskriminasinya. Sedih nggak sih kalo ngerasa dibeda-bedain di keluarga, dianaktirikan di kelas pas pelajaran tertentu, atau bahkan seolah nggak dianggep dalam dunia pergaulan? Pasti sedihlah, mungkin orang-orang berpikir hal itu udah biasa, tetapi orang yang ngalamin perlakuan diskriminatif bakalan nganggep ini hal yang sangat menyakitkan.

Diskriminasi sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb). Menurutku, hal ini udah jadi suatu fenomena yang bisa ditemuin di lingkungan sekolah. Diskriminasi seolah merupakan hal yang lumrah dan terjadi gitu aja tanpa disadari.
Di lingkungan sekolah, pelakunya juga nggak cuma para remaja yang terbilang labil, tetapi tanpa sadar juga orang dewasa menjadi pelaku utama. Misalnya, dalam suatu lingkungan sekolah terdiri atas beberapa kelas yang diajar sama seorang guru, ada satu kelas yang diperlakukan beda dengan kelas-kelas yang lainnya gara-gara anak-anaknya suka ribut, susah diatur. Perlakuan beda itu bisa dari cara ngajarnya atau mungkin dari sikap guru itu sama kelas tersebut.

Di lingkungan keluarga juga pasti terjadi diskriminasi, kadang ada anak yang lebih dianakemaskan. Seburuk apa pun kelakuan anak itu selalu dimaafkan, sedangkan anak yang didiskriminasi, ngelakuin kesalahan kecil aja dimarahinnya nggak kira-kira. Di lingkungan pergaulan juga, malah sering terjadi yang namanya eksklusivisme.

Zamannya Rasulullah saw. dulu juga sempet ada diskriminasi ras dan warna kulit yang dialamin sama Bilal. Akan tetapi, kenyataannya Rasulullah saw. sayang banget sama Bilal, udah gitu Bilal merupakan orang pertama yang mengumandangkan azan. Dari situ kita bisa menyimpulkan, Rasulullah saw. sendiri enggak pernah mengajarkan kita untuk bersifat diskriminatif. Lain lagi yang terjadi waktu masanya Nelson Mandela. Saat itu, terjadi pembedaan perlakuan terhadap golongan ras kulit putih dan kulit hitam. Dan saat itu, Nelson Mandela memperjuangkan persamaan hak bagi golongan ras kulit hitam. Perjuangannya nggak sia-sia, orang kulit hitam pun kini mendapat perlakuan yang adil sama seperti orang kulit putih. Terus ada lagi ibu kita Kartini, yang memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan perlakuan yang sama dengan laki-laki, lewat cita-citanya. Sekarang perempuan diperlakukan sama dengan laki-laki dalam hal pendidikan maupun bidang pemerintahan.

Diskriminasi meskipun bukan sebuah kriminalitas, tetapi nyata itu adalah sebuah kejahatan. Kejahatan yang bikin orang lain sakit hati. Udah sepantasnya kita becermin diri untuk nggak membeda-bedakan orang karena diperlakukan beda itu nggak enak. Mulai sekarang, kita hapus yang namanya diskriminasi, kita hapus pemikiran kita untuk memperlakukan orang dengan membeda-bedakan menurut fisik, kelebihan, atau bahkan materi. Kita semua sama, punya hak asasi yang sama, hak untuk tidak diperlakukan diskriminatif. Memang kita harus bersikap adil yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya, tetapi bukan berarti kita boleh memperlakukan orang berbeda menurut apa yang dia punya kan?***

Galuh Fajriyah Galura, XII-IA-4, SMAN 1 Bandung.

gravatar

Baca Tulis, Siapa Takut?

Membaca? menulis? Mungkin Belia semua suka ngerasa maleess... banget untuk melakukannya. Kenapa atau apa sih yang bikin kita malas membaca atau menulis? Gara-gara menurut kalian itu ga gaul? Atau gara-gara ngebosenin dan bikin ngantuk?

Sebenarnya, membaca atau menulis sesuatu itu bukanlah hal yang sulit. Asalkan kita ada kemauan, pasti bisa. Kata siapa membaca itu membosankan? Kalau baca buku itu membuat bosan, kenapa Belia bisa membaca novel yang tebalnya sampai beratus halaman dalam beberapa jam?

Lalu, untuk menyalurkan pikiran kita, daripada kita melakukan hal yang aneh-aneh, lebih baik kita salurkan lewat menulis. Bisa puisi, pantun, cerpen, atau novel. Susah? Jangan bilang susah atau ga bisa dulu dong! Usaha dulu! Misalnya, kita lagi marah atau senang, kita tulis di catatan kita, jadi semacam diary. Siapa tahu bisa jadi inspirasi saat menulis!

Kenapa menulis dan membaca itu bermanfaat? Dengan menulis, kita jadi bisa menyalurkan pikiran kita. Dengan menulis, kita bisa menyalurkan perasaan kita. Menulis juga bisa dijadikan ajang latihan untuk mengembangkan tulisan kita.

Masih ingat kan, perkataan Tantowi Yahya di salah satu iklan di TV? Kurang lebih isinya adalah, orang yang tidak banyak baca, tidak banyak tahu. Orang yang tidak banyak tahu adalah orang yang dekat dengan kebodohan. Dan orang yang dekat dengan kebodohan adalah orang yang dekat dengan kemiskinan. Jadi, kalau mau jauh dari tong kosong nyaring bunyinya, mari membaca. Dan kalau ga mau dibilang anak TK, mari menulis! ***

Alifa Mariani, Kelas IX-E SMPN 15 Bandung

gravatar

"Keep Smiling, Keep Shining!"

TEMAN-TEMAN, pernah terpikir nggak di benak teman-teman, kenapa kita mesti murah senyum? Kenapa juga orang yang murah senyum kok bawaannya enak? Kenapa waktu kita mendapatkan masalah sebisa mungkin kita usahakan untuk tetap tersenyum? What`s the power of smile?

Teman-temanku yang baik, disadari atau tidak, senyuman orang di sekitar kita akan memengaruhi keadaan batin kita loh! Kerennya sih, memengaruhi sisi psikologis banget, baik bagi orang yang melihat senyuman itu maupun bagi orang yang tersenyum. Kenapa ada teman kita yang enak sekali dilihat? Sepertinya bawaannya nyaman, teduh. Padahal mungkin dia nggak cantik-cantik atau ganteng-ganteng banget, tetapi kita menjadi nyaman berada di sekitar orang itu. Bisa jadi karena orang itu murah senyum.

Orang yang tersenyum akan memancarkan sesuatu yang positif dari dalam dirinya yang cukup kuat memengaruhi mental orang di sekitarnya. Senyuman kita akan mengesankan penghargaan, kebahagiaan, ketulusan, dan apresiasi dari kita. Lebih dari itu, senyuman kita sedikit banyak mengambarkan kasih sayang, sopan santun sehingga orang yang tersenyum dengan tulus akan memberikan kenyamanan tersendiri bagi orang lain. Karena, dari senyuman seseorang akan terpancar inner beauty-nya. Siapa sih yang nggak mau punya inner beauty? Biarpun orangnya cantik banget atau ganteng banget, kalau jarang tersenyum akan menimbulkan image cuek bahkan jutek walaupun mungkin orangnya tidak seperti itu. Bahkan ada yang menilai sombong, padahal mungkin orang itu bukan bermaksud sombong.

Don`t judge a book by its cover. Memang benar, kita tidak bisa menilai orang yang baru kita kenal dari apa yang terlihat dari luar (baca:senyumannya). Akan tetapi, tidak dapat dimungkiri kalau kesan pertama datang dari situ. Kebiasaan tersenyum akan membantu kita mendapatkan banyak teman baru dan membuat orang lain merasa nyaman dengan kita. "Hati hanya dapat disentuh oleh hati," kata seorang ustaz. Itulah mengapa senyuman yang lembut memiliki kekuatan yang besar bagi orang di sekitarnya. Oleh karena itu, bila kita ingin mendapatkan hati seseorang, bicaralah dari hati.

Senyum itu ibadah. Senyum itu sedekah.

Dengan tersenyum, kita bisa membahagiakan orang lain. Tidak perlu modal, kan? Lebih dari itu, senyuman kita berdampak baik bagi diri kita sendiri karena senyum itu sehat. Di samping itu, saat kita dihadapkan pada keadaan yang tidak kita sukai, duduk, mencoba menghela napas kemudian tersenyum akan menjadi terapi yang baik untuk menurunkan tingkat stres dalam diri kita. Biasanya dengan tersenyum akan terbayang sisi positif dari hal yang sedang kita hadapi.

Bagaimana kalau orang yang sedang kita hadapi adalah orang yang tidak suka tersenyum dan agak "seram"? Nanti malu dong udah senyum tapi nggak dibales?

Memang, sih, ada rasa kurang nyaman saat kita tersenyum, tetapi tidak dibalas oleh orang itu. Tapi ada anggapan, "Pada dasarnya setiap hati seperti matahari yang bersinar. Adakalanya sinar itu tertutupi awan, tetapi hati itu akan kembali bersinar ketika awan itu pergi." Yang saya tangkap, setiap orang pastinya punya hati yang bisa tersentuh. Jadi saya sih kalau mau senyum, ya, senyum saja, perkara dibalas atau tidaknya belakangan. Mungkin saja dia sedang kebetulan tidak melihat kita atau tidak fokus kepada kita karena sedang memikirkan sesuatu, atau mungkin dia sedang tersipu melihat senyum kita, hohoho...^o^

Di samping itu, senyuman merupakan salah satu pengukur EQ (emotional quotient) atau kecerdasan atau kematangan emosi seseorang. Malahan, bisa menjadi salah satu pengukur kedewasaan. Ya, asal jangan senyam-senyum sendiri aja. Pancarkan inner beauty-mu dengan tersenyum, ok? Biarpun muka kita pas-pasan, yang penting kan enak dilihat... Jadi, tetap tersenyum!***

Reny Ariany, pelajar SMAN 3 Bandung
reny_ariany@yahoo.co.id

gravatar

Respect and Respect!

"GILA, lo? Si Rio nggak ngajar? Gak salah denger tuh, gue?"

"Ngapain juga gue boong!"

"Woooy!!!! Hari ini si Rio nggak ngajar!"

Sontak semua siswa-siswi bersorak riang. Malah, beberapa ada yang memukul-mukul meja dan melempar-lempar gumpalan kertas, siang yang terik itu bertambah terik saja dengan sorakan siswa-siswi kelas 8M itu.

Belia tahu, kan, apa maksud percakapan di atas? Tak jarang, hal itu terjadi di sekitar kita. Memanggil seorang guru dengan langsung menyebut namanya tanpa risih, atau segan. Meski tak pernah kusaksikan itu secara langsung, hanya pernah dengar saja dari beberapa teman yang berbeda sekolah denganku.. Tapi menurut mereka, itu biasa saja, tak aneh.

Sebenarnya, kemana perginya rasa hormat kita? Tidak hanya memanggil nama guru secara langsung, malah ditambah beberpa kata yang kata dan sikapnya dirasa kurang pantas. Aku hanya bisa berdecak tanpa komentar ketika temanku itu sedang asyik bercerita . Ya, mungkin ada beberapa hal yang dianggap konyol, aneh, atau menyebalkan, dari guru yang bersangkutan itu. Tapi bukan berarti bisa dengan seenaknya berkata seperti itu, kan?

Duh.... Belia, aku cuma berharap deh, semoga Belia tidak melakukan hal tersebut... Coba Belia ingat-ingat, siapa yang membuat Belia bisa hafal banyak rumus, atau hafal beberapa hal lainnya, yang membuat pintar Belia? Siapa yang membantu Belia? Yup, guru, guru di mana saja. Atau, Belia kesal karena Belia tak bisa dalam satu atau beberapa mata pelajaran, dan menyalahkan cara mengajar guru tersebut, mungkin ada benarnya juga, tapi satu hal kecil itu, didukung dengan Belia yang belum membuat kemampuan itu....Belia bisa, kok...

Yah, memang tak jarang hal itu terjadi... Tapi sebisa mungkin dibuat nyaman saja, terkadang ada yang berpikir seperti ini, "Yang bayar guru itu kan kita, kok guru yang satu itu rese-nya minta ampun, sih????"

Ck...Ck...Ck... moral, moral, dan moral! Bayangkan, jika kedua orang tua Belia adalah seorang guru dan diperlakukan demikian, sangat terpukul pastinya...

Yang pasti, guru itu seharusnya punya nilai tambah di mata kita. Tanpa mereka, ya, kita takkan bisa seperti ini, toh bantuan dan bimbingannya sangat membantu kita. Semenyebalkannya seorang guru, pasti ada rasa sayangnya juga...

Jadi, mudah-mudahan ini menginspirasi Belia untuk lebih hormat kepada guru!***

Gina Mardiana, 8B, SMP Al Ma`soem

gravatar

Bimbel, Perlukah?

SETIAP kali menginjak semester dua seperti sekarang, tempat bimbingan belajar (bimbel) seolah menjadi tempat tongkrongannya teman-teman kelas 3 SMA maupun SMP (dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada anak kelas 3 SMP, kita gak akan ngomongin kalian di sini).

Sebagian siswa merasa perlu mendapatkan bimbel untuk menghadapi Ujian Nasional (UN) dan SPMB. Walaupun jam sekolah ditambah untuk waktu pemantapan, masih banyak yang merasa kurang puas. Apalagi, dengan bertambahnya mata pelajaran yang di-UN-kan yang awalnya 3 pelajaran menjadi 6 pelajaran.

UN tahun ini direncanakan dimulai tanggal 22 April. Terhitung 3 bulan dari sekarang untuk mempelajari pelajaran selama tiga tahun. Buat anak-anak IPA, mata pelajaran UN bertambah 3 yaitu biologi, fisika, dan kimia. Sementara buat anak IPS, bertambah dengan mata pelajaran ekonomi, sosiologi, dan geografi. Pelajaran-pelajaran tersebut mungkin yang membuat tempat bimbel menjadi "tempat peraduan" anak SMA untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi UN.
Apalagi, banyak pihak bimbel yang menjanjikan kelulusan 100% atau "tidak lulus uang kembali setengahnya". Itu juga, mungkin, yang meyakinkan para orang tua untuk "menitipkan" anaknya ke tempat bimbel. Bimbel menjadi barang mewah akhir-akhir ini karena biaya masuknya sudah seperti biaya masuk sekolah.

Selain bimbel, orang-orang pun menyerbu toko-toko buku yang menjual kumpulan soal UN dan SPMB atau mengikuti try out yang diadakan oleh bimbel-bimbel. Dengan harga buku yang tidak lebih dari Rp 100.000,00 dan try out yang hanya Rp 15.000,00 - Rp 20.000, 00, cara itu jauh lebih murah dibandingkan dengan mengikuti bimbel yang biaya per bulannya mencapai ratusan ribu rupiah.

Jadi, sebetulnya, perlu enggak sih kita ikutan bimbel? Jawabannya berpulang kepada diri kita masing-masing. Selain motivasi dan kemampuan otak, urusan doa pun jangan terlewatkan. Bimbel hanyalah pembimbing, jika otak kita bebal dan tidak serius mengikutinya, mungkin bimbel juga akan percuma. ***

(Tantra Ahmad, pelajar SMAN 26 Bandung)

gravatar

Yang Kecil yang Terlupakan

MATAHARI baru saja beranjak naik. Tiap-tiap orang sibuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Sambil menunggu angkutan umum ke sekolah, mataku tertuju pada seorang wanita setengah baya. Dia memakai baju dan celana berwarna kuning. Badannya diselimuti oleh rompi berwarna biru tua yang sudah kelihatan kumal. Topi kuning juga bertengger di atas kepalanya yang berkerudung.

Wanita yang setiap pagi kulihat itu, seperti biasa sedang sibuk menggerak-gerakkan sapunya. Mengumpulkan berbagai macam sampah dan memasukkannya ke dalam tempat sampah yang setia berada di sampingnya. Ya, pekerjaannya sebagai tukang sapu jalanan, sepertinya sangat menguras tenaganya. Tugas mulianya yang membuat jalanan dan taman-taman di kota ini bersih dan rapi, tidak sesuai dengan apa yang mestinya dia dapatkan atas apa yang telah dikerjakannya itu. Berapa sih penghasilan mereka? Perhatian dari pemerintah juga sangat minim akan kesejahteraan mereka. Bahkan, mungkin kita pun terkadang memandang sebelah mata pada mereka ini.

Mereka memang sangat setia pada pekerjaannya. Walau masih saja ada orang yang membuang sampah pada tempat yang baru saja dia bersihkan. Mereka harus membersihkan kembali tempat itu, walau dengan perasaan jengkel dan kesal. Tempat kerjanya pun selalu diselimuti debu dan asap kendaraan bermotor.

Ah, kadang kita memang selalu melupakan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Kurang menghargai profesi yang terkesan kecil di mata kita, padahal fungsinya sangat berarti. Kita juga kurang menghargai lingkungan kita. Padahal, tugas mereka itu sangat mulia. Bayangkan, apa yang akan terjadi pada jalanan dan taman di kota ini, tanpa adanya mereka?

Semoga saja dengan ini kita jadi lebih bisa menghargai orang lain, apa pun profesinya, juga lingkungan sekitar. Dan, yang terpenting, kita tidak melupakan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Karena yang kecil itu bisa menjadi besar. Iya gak?***

Nanak Hikmatullah, 3PN1, SMIP ICB Bandung

gravatar

Rajin Pangkal Pandai, Malas Pangkal...

Mungkin pepatah di atas udah nggak aneh lagi di telinga kita. Kalau nggak salah, waktu masih awal SD kita dikasih tahu pepatah itu. Maknanya yang simpel masih bisa kita ingat sampai sekarang. Kamu bisa jadi pinter kalau kamu rajin belajar, walaupun sebenarnya kita nggak pinter-pinter amat alias biasa aja. Sebaliknya, kalau kita emang dasarnya punya IQ tinggi dan cerdas tapi hare-hare, ngeremehin, dan acuh sama pelajaran, semua potensi kecerdasan itu percuma aja. Makna pepatah "rajin pangkal pandai" emang cukup sederhana, tetapi ternyata pepatah itu bisa dijadikan pemacu semangat belajar untuk kita.

Dari awal orang tua menyekolahkan kita itu karena satu tujuan, yaitu untuk mendapatkan masa depan yang cemerlang. Sebenernya secara nggak langsung, sekarang kita lagi ngebentuk masa depan. Dengan cara kita belajar di sekolah, semuanya udah ketahuan. Nggak perlu repot-repot nanya paranormal buat ngeramal masa depan belia nanti.

It’s not magic. Semua ada perjuangannya, nggak bisa kita tiba-tiba jadi pinter. Belia yang sampe sekarang masih males-malesan harus melakukan perubahan. Percaya deh, kesuksesan yang kita dapat nanti adalah hasil dari perjuangan yang kita lakukan. Beda lagi kalau belia yang tetep teguh bermales-malesan, mungkin bakalan susah cari kerja dan pendapatan yang kurang.

Kita ambil contoh aja di kehidupan sekitar kita. Tukang ojek misalnya, salah seorang teman abang saya ada yang berprofesi sebagai tukang ojek. Pas saya tanya, kenapa jadi tukang ojek? Susah cari pekerjaan jadi alasan utama, soalnya dia cuma mentok sampe SMP aja. Pas ditanya lagi, kenapa nggak diterusin? Gara-garanya satu kata; "males" dan akhirnya mutusin buat berhenti sekolah. Saya juga dengerin cerita lanjutan tentang penyesalan dia dan pendapatannya yang kurang.

Pendidikan emang jadi modal paling utama kita buat menuju sukses. Apalagi zaman sekarang, persaingan makin ketat, orang pinter makin banyak. Tanpa pendidikan, kita nggak punya modal yang cukup untuk bersaing di masa mendatang. So, dimulai dari sekarang, kita harus mempersiapkan diri menatap masa depan. Jangan buang-buang waktu dengan main-main yang nggak puguh, demi mendapatkan image "anak gaul". Kudu rajin sekolah karena sekolah adalah langkah pertama yang menentukan masa depan kita. Future is in your hands! ***

Ch. JayaSmaluchi - 3 cimahi

gravatar

Menulis Buku Harian? Harus!

Sepintas, menulis di buku harian adalah hal yang sepele. Padahal, enggak gitu loh bel! Selain menciptakan keasyikan tersendiri, belia juga dapat dengan leluasa menumpahkan seluruh isi hati.

Pernahkan belia berpikir bahwa di saat dewasa, kita akan menjadi seorang penulis terkenal sekelas J.K. Rowling, atau menjadi cendekiawan, dan juga pengarang lagu? Semua itu harus kita mulai dengan menulis. Untuk itulah belia mulai dengan menulis di buku harian.

Coba belia perhatikan, penyanyi sekelas Sherina atau yang lainnya, pertama bisa mengarang lagu adalah melalui tulisannya di buku harian. Lihat juga orang yang terbiasa menulis, mereka dapat membuat sebait puisi dengan singkat. Karena menulis, otomatis otak belia akan terlatih untuk berpikir dengan imajinasi yang kreatif. Kalo udah gitu, belia akan terus mengeluarkan karya terbaik, di samping juga telah memanfaatkan waktu luang yang sangat berharga.

Ada orang bilang hari esok harus lebih baik dari hari ini, dan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Untuk mewujudkan itu, ada baiknya juga jika belia memulai dengan menuliskan kejadian yang kita lalui setiap hari di buku harian. Dengan mencatat hal-hal yang penting di dalam diary, belia akan belajar dari kesalahan masa lalu, dan dapat merencanakan kegiatan di masa yang akan datang.

Buat menulis di buku harian, saya punya pertanyaan yang mungkin baik untuk dituangkan dalam buku harian:

• Kapan belia menangis atau tertawa?
• Apa yang membuat belia menangis atau tertawa?
• Berapa banyak waktu yang dihabiskan belia untuk melamun sendirian?
• Kesalahan apa yang belia lakuin hari ini?
• Apa penyebab kesalahan-kesalahan itu?
• Apa yang membuat hari ini begitu "complicated"?

Nah bel, mungkin cuman itu yang saya jadikan pedoman buat menulis di buku harian. Mudah-mudahan ini dapat menjadi motivasi untuk kembali mengulang kebiasaan menulis di buku harian. Seberapa sibuk kita, sisihkan waktu untuk mencatat berbagai kejadian yang penting hari ini, untuk sekadar evaluasi diri.

Dengan menulis di buku harian, berarti belia udah memberikan kesempatan pada otak buat menumpahkan "isinya". Kali aja itu bisa jadi inspirasi buat bikin sebuah karya sastra yang bernilai komersil.***

Asep Taryana, Siswa SMP Pasundan Rancaekek

gravatar

Pilkada di Mata Pelajar

KURANG dari 40 hari lagi Pilkada atau Pilgub Jabar 2008 akan segera berlangsung. Buat Belia yang sudah mempunyai hak pilih, sebagai pemilih pemula tentunya harus mempergunakan hak pilih ini dengan sebaik mungkin. Sebagai proses pembelajaran dalam mengimplementasikan demokrasi di Indonesia , khususnya di Jawa Barat.

Sebuah pilihan terkadang membuat kita bingung, begitupun dengan pemilihan gubernur (pilgub) Jabar 2008. Ketika masa untuk berkampanye dimulai, spanduk, poster, dls., bergambar pasangan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) , bertebaran di hampir setiap sudut Jawa Barat. Masing-masing berlomba agar masyarakat dapat memilih dengan menawarkan kelebihan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Di sisi lain, pemilih pemula tergolong masih mengambang dan cenderung lebih kepada isu-isu tren dan populer. Ketika ada sekelompok teman yang mengajak untuk memilih salah satu calon dengan keuntungan materi yang bisa didapatkan secara langsung, tanpa berpikir panjang sebagian pelajar akan rentan untuk terprovokasi. Ini merupakan ciri pemilih yang tidak bertanggung jawab terhadap hak pilihnya.

Pilkada secara langsung merupakan media pembelajaran serta sebagai salah satu perwujudan kedaulatan rakyat. Sangat penting bagi pelajar untuk menjadi pemilih yang rasional dan independen. Maksudnya pelajar sebagai pemilih pemula dapat memberikan suara kepada calon yang betul-betul memperjuangkan pendidikan dan kepentingan pelajar. Peduli untuk memberikan beasiswa prestasi, beasiswa bagi yang tidak mampu, dan peduli terhadap fasilitas sekolah.

Yup! Pilgub kali ini sangat berpengaruh untuk menentukan Jawa Barat 5 tahun mendatang. Penting sekali memilih cagub dan cawagub yang benar-benar paham dan berkomitmen jelas untuk memperbaiki proses pendidikan di Indonesia khususnya Jawa barat yang rasanya harus segera diperbaiki. Seenggaknya gitu, calon yang peduli terhadap pendidikan dapat memberikan ruang bagi didengarkannya aspirasi dari kalangan pelajar.

Pendidikan politik bagi pemilih pemula diharapkan dapat terus dikembangkan, demi terwujudnya demokrasi di Indonesia dengan sebaik mungkin, didasarkan kepada etika, norma, dan rasionalitas. Ada baiknya sebelum Belia mencoblos, memperbanyak dialog-dialog tentang pilkada baik dengan guru PkN di sekolah, atau mencari informasi melalui buku, media, dls. Ingat, one man, one vote, one value! Gunakan hak pilih berdasarkan hati nurani dan logika, jangan sampai golput deh.***

Cecep Rochman, siswa SMKN 5 Bandung

gravatar

Budayakan Bersepeda!

TEMAN-teman, kita telah menghadapi masalah pemanasan global karena banyaknya emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, kita perlu untuk menanggapi masalah tersebut. Bagaimana caranya agar kita dapat menanggapinya? Menurut saya, hal yang dapat kita wujudkan adalah dengan budaya bersepeda (bagi yang telah mempunyai sepeda) di dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan kita bersepeda, maka kita akan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Berikut alasan-alasan saya yang lain dalam mengajukan opini budaya bersepeda:

1. Jika kita bersepeda, maka akan membuat tubuh kita menjadi sehat.

2. Jika kita bersepeda, maka akan menghemat biaya transportasi.

3. Jika kita bersepeda,maka akan mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas di jalan raya.

4. Jika kita bersepeda, maka akan meningkatkan rasa persaudaraan antara kita dengan teman-teman lainnya yang sama-sama mewujudkan budaya bersepeda.

Memang, jika rute transportasi yang akan kita tempuh begitu jauh, maka akan membuat tubuh kita menjadi lelah dan wajar jika kita beralih ke motor, mobil, atau angkot. Namun, jika rute transportasi yang akan kita tempuh tidak begitu jauh, apa salahnya jika kita menggunakan sepeda dalam bertransportasi? Contohnya adalah kita bersepeda dari dan menuju ke sekolah. Jadi, teman-teman daripada kita bergeng motor yang tidak baik, tidak menyehatkan, serta mengundang polusi, kebisingan, dan kemacetan, lebih baik kita bergeng sepeda yang sewaktu-waktu dapat melakukan rekreasi santai bersama teman-teman segeng sepeda (misalkan, dari Bndung ke Lembang via Punclut, lalu ke Bandung lagi via Jalan Raya Bandung-Lembang). Semangatlah dalam mewujudkan budaya bersepeda!

Chandra Adi Putra, XII IPA 1 SMA Negeri 18 Bandung

gravatar

Taat Jika Dilihat

Ada seseorang yang menerobos lampu lalu lintas saat lampu merah. Berikut petikan dialognya:
"Kenapa kamu menerobos lampu merah?" tanya sang Polisi"Tidak kelihatan, Pak""Bagaimana mungkin lampu sebesar itu tidak terlihat olehmu?""Maksud saya, saya tidak melihat Bapak""???"

Belia pasti pernah melihat sebuah iklan yang dialognya seperti di atas. Menarik, memang. Iklan ini seperti ingin mengatakan bahwa kebanyakan orang, memang taat jika ada yang lihat. Hal seperti ini gampang sekali ditemukan di sekitar kita. Misalnya, di sekolah saat ada razia. Biasanya, kalau info razia ini sudah diketahui terlebih dahulu, siswa yang sering melanggar aturan sekolah akan lebih waspada. Untuk siswa yang rambutnya dicat, buru-buru dihitamkan kembali. Rok yang tadinya di atas lutut, diganti menjadi di bawah lutut. Barang-barang yang sekalinya akan disita seperti walkman dan komik, cepat-cepat disembunyikan. Dan jika waktu razia sudah selesai, semuanya kembali seperti semula. Selalu seperti itu bukan?

Mengapa kebanyakan dari kita hanya taat jika ada yang lihat? Beberapa dari Belia mungkin belum menyadari pentingnya aturan sekolah. Mengapa sih rok harus di bawah lutut? Mengapa rambut nggak boleh dicat? Mengapa kita harus datang tepat waktu? Mengapa di sekolah tak boleh merokok, padahal guru-guru juga banyak yang merokok?

Sobat belia, baik yang SMP terlebih yang SMA, semuanya sepakat kan kalau kita sudah besar? Tapi apa Belia sepakat kalau kita sudah dewasa? Umur boleh bertambah, tetapi dewasa itu pilihan. Sudah sering mendengar kata-kata seperti itu kan ? Dewasa tidak tumbuh secara alami, namun dipersiapkan. Dan orang dewasa akan mudah dilihat dari cara berfikirnya yang tidak kekanak-kanakan.

Sobat belia, kita semua adalah pelajar, dan selama Belia belajar di sekolah, Belia menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Itulah mengapa mereka membuat aturan yang sifatnya preventif. Tujuannya, tak lain, adalah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Jika Belia yang perempuan menggunakan rok yang pendek ke sekolah, tentu akan membahayakan. Pelajar yang rambutnya dicat sudah dicap tidak baik oleh sebagian besar masyarakat. Walkman dan komik tentu akan mengalihkan tujuan utama Belia ke sekolah, yaitu untuk belajar. Rokok jelas bukan pilihan yang tepat bagi seorang pelajar, karena membahayakan kesehatan.

Ada satu hal yang tak kalah penting. Aturan sekolah itu mempersiapkan Belia untuk menjadi dewasa. Suatu saat nanti, kita akan lulus dari SMP/SMA, kemudian kuliah, dan menjadi bagian dari masyarakat. Dan apa yang Belia lakukan saat ini, akan menjadi cerminan perilaku Belia di masa yang akan datang. Semua pilihan ada pada Belia. Tunjukkan bahwa Belia bisa juga bersikap dewasa. Semangat! ***

Ridho Muhammad Zulkarnaen, XI IPA 3 SMAN 1 Rancaekek

gravatar

"Global Warming"

WAA... es kutub mencair, banjir, kebakaran hutan, suhu di bumi panas banget!! Kok bisa ya?Padahal, kan es di kutub banyak, tapi kok bisa cair ya? Terus cuma gara-gara es kutub mencair, kok bisa bikin heboh orang 1 planet ya?

Coba deh, Belia pikirin, kenapa bisa kayak gitu? Lalu, apakah kita sudah berusaha untuk membantu mencegah global warming?

Global warming itu banyak sekali penyebabnya. Saking banyaknya, sampai kita gak bisa nyebutin satu-satu. Saking banyaknya juga, mungkin kita udah ikut berpartisipasi menghancurkan bumi. Contoh, pemakaian CFC pada AC, kulkas, pemakaian hair spray, asap kendaraan, dan sebagainya.

Kebetulan, kemarin sudah diadakan konferensi internasional tentang global warming di Bali. Tetapi, menurut saya, sebesar dan sebagus apa pun pertemuan atau aksi yang dilaksanakan, jika tidak dibarengi dengan usaha, maka semua itu akan sia-sia. Untuk ukuran pelajar seumuran kita, nggak usah mikirin dulu menggelar konferensi internasional deh. Dari yang kecil aja dulu. Misalnya lingkungan rumah, RT/RW. Walaupun kecil, asal kita niat dan berusaha, tanpa sadar sudah menjadi `dokter` bagi Bumi.

Selain itu, salah satu kesalahan manusia yang membuat Bumi sakit itu penebangan liar. Mereka menebang pohon tanpa berpikir panjang. Kalau mereka bilang, ``Kan itu bisa ditanam lagi``. Mereka salah. Menanam nggak semudah menebang. Selain itu, mereka juga sudah mendukung global warming.

Sekarang, tinggal balik lagi ke diri kita masing-masing. Jadi, apa yang akan kalian lakukan untuk Bumi, guys?***

N.R. Alifa Mariani, 9E, SMPN 15 Bandung

gravatar

Orang Tuaku, Sahabatku

SOBAT belia, ada beberapa teman saya yang mengeluhkan orang tuanya yang terlalu protektif. Setiap pulang sekolah harus langsung pulang. Kalau mau main, harus minta izin terlebih dahulu. Jika tak pulang tepat waktu, orang tuanya langsung menghubungi. Kenapa belum pulang? Kok nggak minta izin dulu? Akhirnya, teman saya tersebut kesal kepada orang tuanya. Berbagai macam cap pun dikeluarkan, dari mulai terlalu protektif, cerewet, mau menang sendiri, galak, nggak gaul, kolot, ketinggalan zaman, dan lain-lain. Saya tersenyum saja mendengar semua keluhannya.

Sobat belia, sekolah saya berdekatan dengan sebuah sekolah dasar. Saat saya berangkat sekolah, saya sering berpapasan dengan anak SD yang diantar ibunya. Lucu, karena ada beberapa anak kecil yang menangis saat ibunya pergi. Jadi ingat masa lalu. Dulu, waktu saya kecil saya sangat senang jika ibu mengantar saya ke sekolah. Sebelum pergi, ibu selalu membelikan saya sesuatu agar saya tak menangis ketika ibu pergi. Saat kecil dulu, orang tua adalah orang yang paling dekat dengan saya. Setiap hari Minggu kita menghabiskan waktu bersama. Kadang-kadang saya diajak jalan-jalan, dibelikan mainan atau makanan kesukaan. Wah, rasanya senang sekali saat itu. Belia juga pasti mengalami hal-hal seperti itu kan? Pertanyaannya, apa semakin kita dewasa, hubungan kita dengan orang tua akan semakin renggang?

Di manapun, kapan pun, dan bagaimana pun kondisinya, orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Setuju kan? Yang perlu Belia tanamkan, orang tua Belia pasti berharap Belia menjadi yang terbaik. Hanya, kadang-kadang caranya memang sulit dimengerti. Nah, inilah masalahnya. Komunikasi. Dulu, setiap pulang sekolah saya selalu langsung masuk kamar. Saya jarang berbicara dengan orang tua saya, sehingga mungkin mereka bertanya-tanya tentang kondisi kita. Akhirnya, mereka menjadi lebih protektif terhadap saya.

Mulai sekarang, coba deh setiap Belia pulang sekolah, jangan langsung masuk kamar. Temui ibu atau ayah Belia jika kebetulan ia ada di rumah. Ceritakan apa yang terjadi di sekolah, berilah mereka gambaran selintas tentang dunia Belia. Kenalkan teman-teman Belia pada mereka, agar mereka tidak khawatir tentang pergaulan Belia. Lakukan semua tugas Belia dengan baik, tepati janji Belia pada mereka. Menepati janji menunjukkan tingginya kedewasaan, menumbuhkan kepercayaan, dan yang pasti hal itu nunjukkin kalau Belia bertanggung jawab. Selain itu, nggak ada salahnya Belia curhat sama orang tua kalau Belia punya masalah. Berbagi perasaan adalah salah satu cara agar orang tua lebih mengenal Belia. Inilah yang saya baca dari buku, dan kemudian berhasil saya terapkan lho!

Ok deh Belia, jangan kecewakan orang tua Belia. Karena mereka adalah bagian tak terpisahkan dari hidup Belia. Oh ya, walaupun sudah terlambat, saya ingin mengucapkan, "Selamat Hari Ibu"...

Susianti, SMKN 7 Bandung.

gravatar

The Real Friendship

Belia Look merupakan ajang pengembangan kreativitas dan sangat bagus untuk diikuti remaja belia masa kini. Becermin dari pengalaman saya, di ajang Belia Look ini saya menemukan banyak pelajaran berharga untuk kehidupan saya.Salah satunya saya belajar menghargai waktu, mencintai sesama, dan belajar bersyukur dengan semua yang telah Allah SWT berikan kepada saya. Kebetulan ketika ajang ini berlangsung saya sedang sakit. Di ajang ini mata hati saya terbuka , betapa berharganya sehat itu.Tapi saya tidak mengeluh dengan keadaan saya saat itu karena teman–teman Belia Look 2007 memberikan energi semangat untuk saya. Sehingga saya kuat untuk melanjutkan perjuangan saya di ajang ini. Teman–teman Belia Look bagaikan obat yang mampu mengobati penyakit saya.Semangat mereka dan dukungan mereka merupakan obat yang paling mujarab buat saya.

Pada ajang BL ini banyak sekali kegiatan yang tidak akan saya dan teman-teman Belia Look 2007 lupakan. Salah satunya pada kegiatan pembekalan materi tentang psikologis. Di sini kami dididik untuk menjadi seorang pribadi yang percaya diri dan mempunyai semangat yang besar untuk meraih cita-cita yang kami impikan. "Aku Bisa" itulah lagu yang kami nyanyikan bersama dan sangat memotivasi kami agar kami selalu bersemangat dan yakin apa pun bisa kami lakukan, dan kami raih dengan semangat dan tekad yang kuat. Pada pembekalan materi psikologis pun ada satu momen yang memberikan motivasi yang sangat besar buat saya, yaitu ketika saya ditugaskan menggambar potret keluarga saya. Saya sangat sedih dan menangis ketika itu karena saya teringat mamah dan almarhum ayah saya.Tapi saya bersyukur momen itu membangkitkan semangat, motivasi yang besar, dan tekad yang kuat kepada saya bahwa saya harus sukses, dan saya harus bisa membanggakan kedua orang tua saya serta semua orang yang menyayangi saya.

Tidak banyak waktu yang tersedia untuk kami bersama. Dua hari waktu kami saling menunjukkan kasih sayang dan kebersamaan kami. Dua hari waktu yang sempit, tapi harus kami syukuri karena kami yakin Allah SWT telah memberikan waktu yang terbaik untuk kami. Dua hari kami gunakan sebaik mungkin untuk mempererat tali silaturahmi, persahabatan, dan persaudaraan di antara kami. Untuk itu kami lupakan persaingan di antara kami karena kami tahu kami mengikuti ajang ini untuk saling mendoakan dan memberikan dukungan bukan saling menjatuhkan.Siapa pun yang akan menjadi pemenang akan kami dukung. Itulah prinsip kami.

Hari terakhir kebersamaan kami segera kami lalui. Di hari itu kami merasa begitu dekat dan begitu kompak. Kami bergurau di ruangan itu, ruangan yang mempersatukan kami sekaligus ruangan tempat kami menunggu giliran tampil di panggung kreasi. Di ruangan itu kami saling bertukar pikiran dan bercanda ria bersama. Jepretan demi jepretan sang fotografer menghasilkan potret - potret yang manis dan membuat kami sadar kebersamaan ini tidak selamanya.

Satu per satu dari kami siap beraksi di panggung kreasi. Doa dan dukungan itulah tanda cinta kasih yang kami berikan kepada teman kami yang akan tampil di panggung kreasi. Kerja sama dan kekompakan kami semakin terasa ketika kami siap beraksi dalam penampilan kelompok kami yaitu Chat, Laput, Aksi, Skul, dan Abelia.

Malam yang dipenuhi hamparan bintang di langit akan segera mengantarkan kami ke detik perpisahan. Malam yang indah itu kami isi dengan bernyanyi lagu bahagia bersama-sama. "Do What You Wanna Do", itulah lagu bahagia yang kami nyanyikan. Lagu itu sebagai saksi kebahagiaan, keceriaan, dan canda tawa kami. Di bawah panggung kreasi kami bernyanyi dan saling bergenggaman tangan, berputar mengelilingi lapang dengan harapan kami ingin selalu bersama! Kami tidak ingin berpisah karena di sini kami merasa sudah menemukan makna persahabatan dan persaudaraan yang sesungguhnya. Kami bergenggaman tangan semakin erat karena kami tahu waktu yang tersisa buat kami bersama tinggal hitungan detik. Di dalam hati kami berdoa, "Ya Allah, pertemukanlah kami kembali kelak,"

Waktu pun terus berlalu. Desir angin malam akhirnya mengantarkan kami ke depan pintu gerbang perpisahan kami. Hari itu, ruangan itu, panggung itu, kerja sama itu, kelompok itu, gelak tawa itu, keringat bahagia itu, potret - potret itu semuanya adalah saksi kebersamaan kami yang akan mempertemukan kami kembali. Amin.

Belia Look, "I Love It Baby! Yuhuuuu!"***

Wahyu Purnama Sidik, SMA Negeri 1 Cianjur, pemenang favorit Belia Look 2007