Yang Kecil yang Terlupakan
MATAHARI baru saja beranjak naik. Tiap-tiap orang sibuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Sambil menunggu angkutan umum ke sekolah, mataku tertuju pada seorang wanita setengah baya. Dia memakai baju dan celana berwarna kuning. Badannya diselimuti oleh rompi berwarna biru tua yang sudah kelihatan kumal. Topi kuning juga bertengger di atas kepalanya yang berkerudung.
Wanita yang setiap pagi kulihat itu, seperti biasa sedang sibuk menggerak-gerakkan sapunya. Mengumpulkan berbagai macam sampah dan memasukkannya ke dalam tempat sampah yang setia berada di sampingnya. Ya, pekerjaannya sebagai tukang sapu jalanan, sepertinya sangat menguras tenaganya. Tugas mulianya yang membuat jalanan dan taman-taman di kota ini bersih dan rapi, tidak sesuai dengan apa yang mestinya dia dapatkan atas apa yang telah dikerjakannya itu. Berapa sih penghasilan mereka? Perhatian dari pemerintah juga sangat minim akan kesejahteraan mereka. Bahkan, mungkin kita pun terkadang memandang sebelah mata pada mereka ini.
Mereka memang sangat setia pada pekerjaannya. Walau masih saja ada orang yang membuang sampah pada tempat yang baru saja dia bersihkan. Mereka harus membersihkan kembali tempat itu, walau dengan perasaan jengkel dan kesal. Tempat kerjanya pun selalu diselimuti debu dan asap kendaraan bermotor.
Ah, kadang kita memang selalu melupakan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Kurang menghargai profesi yang terkesan kecil di mata kita, padahal fungsinya sangat berarti. Kita juga kurang menghargai lingkungan kita. Padahal, tugas mereka itu sangat mulia. Bayangkan, apa yang akan terjadi pada jalanan dan taman di kota ini, tanpa adanya mereka?
Semoga saja dengan ini kita jadi lebih bisa menghargai orang lain, apa pun profesinya, juga lingkungan sekitar. Dan, yang terpenting, kita tidak melupakan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Karena yang kecil itu bisa menjadi besar. Iya gak?***
Nanak Hikmatullah, 3PN1, SMIP ICB Bandung
Posting Komentar